Selasa, 13 April 2010

Jim (Cahaya Hidayah didalam Hadiah Natal) (2)


“Kami pun kemudian mengikatkan diri dalam pernikahan secara Islam, setelah itu kami biasa beribadah di Masjid setempat. Kehidupan kami berjalan sebagaimana mestinya. Ternyata, istri saya tidak tertib dan teratur menjalankan Shalat 5 Waktu. Maka, saya pun menegur-nya,”Bagaimana kamu ini, muslim yang bagaimanakah yang tidak tertib shalat lima waktunya?” Ia menjawab,”Saya sudah berusaha semampu saya!” Maka, sekali lagi saya tegas-tegas mengingatkannya. Iapun mulai menangis dan mengadukan perihal perselisihan kami kepada teman-teman muslimah di lingkungan kami.”
“Sampailah persoalan kami terdengar oleh para pemuka umat muslim setempat. Merekapun menugasi pasangan suami-istri muslim terpelajar agar berusaha memperbaiki hubungan kami. Saya dinasehati oleh mereka,”Istrimu seorang mualaf, Islam meresap kedalam kalbu dan jiwa seseorang secara bertahap, janganlah bersikap teramat keras terhadapnya.” Saya dapat mencerna nasehat ini dan sayapun memperlunak sikap kritis saya kepada istri saya.”

Rabu, 07 April 2010

Jim (Cahaya Hidayah didalam Hadiah Natal) (1)


Irama kehidupan di dunia Barat berjalan begitu cepat. Dalam hiruk pikuk kehidupan sedemikian itu, banyak kaum Muslim yang hidup di Barat masih bisa meluangkan waktu untuk berkiprah secara sukarela di lingkungan masjid dan Sekolah Islam. Contohnya, suatu hari para jama’ah Masjid Tauhid Detroit sepakat untuk bersilaturahim ke Masjid Tauhid Farmington Hills seusai shalat Subuh. Kami hendak menebang pohon-pohon yang tumbuh liar di halaman masjid menggunakan gergaji mesin kemudian memotong batang pohon itu menjadi potongan-potongan kecil. Potongan-potongan kecil itu kami satukan dalam ikatan-ikatan, selanjutnya kami letakkan di tepi jalan agar diangkut oleh dinas pelayanan kebersihan kota. Dengan begitu halaman masjid menjadi bersih.

Maka berangkatlah kami dalam dua mobil untuk keperluan ini setelah berjamaah shalat Subuh. Diantara kami terdapat seorang mualaf bernama Jim yang semobil dengan saya. Dalam perjalan saya tanyakan kepadanya, bagaimana ia masuk Islam. Secara rinci, ia ceritakan pengalaman hidupnya yang menarik itu. Beginilah ceritanya:

Keutamaan Mengucap Salam

Allah SWT berfirman dalam Surat Al-Hasyr Ayat 23:
هُوَ اللهُ الَّذِيْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ هُوَ الْمَلِكُ الْقُدُّوْسُ السَّلاَمُ الْمُؤْمِنُ الْمُهَيْمِنُ الْعَزِيْزُ الْجَبَّارُ الْمُتَكَبِّرُ سُبْحَانَ اللهِ عَمَّا يُشْرِكُوْنَ (الحشر: 23)
“Dialah Allah, tidak ada ilaah(sesembahan) yang layak kecuali Dia, Maha Rajadiraja, yang Maha Suci, Maha Sejahtera, Maha Mengaruniai rasa aman, Maha Memelihara, Maha Perkasa, Maha Kuasa, Maha Memiliki segala keagungan. Maha Suci Allah dari segala yang mereka persekutukan.” (al-Hasyr: 23)
Didalam ayat ini, As-Salaam (Maha Sejahtera) adalah satu dari Nama-nama Agung Allah SWT. Kini, Kita akan mencoba untuk memahami arti, keutamaan dan penggunaan kata Salam. Sebelum terbitnya fajar Islam, orang Arab biasa menggunakan ungkapan-ungkapan yang lain, seperti Hayakallah (yang artinya semoga Allah menjagamu tetap hidup, kemudian Islam memperkenalkan ungkapan Assalamu ‘alaikum. Artinya, semoga kamu terselamatkan dari segala duka, kesulitan dan nestapa.

Ibnu Al-Arabi didalam kitabnya Al-Ahkamul Qur’an mengatakan bahwa Salam adalah salah satu ciri-ciri Allah SWT dan berarti Semoga Allah menjadi Pelindungmu. Ungkapan Islami ini lebih berbobot dibandingkan dengan ungkapan-ungkapan kasih-sayang yang digunakan oleh bangsa-bangsa lain. Hal ini dapat dijelaskan dengan alasan-alasan berikut ini.